Minggu, 01 September 2013

Antara Harta dan Cinta

Menyambung tulisan sebelumnya yang masih tentang uang, menurut kamu mana yang harus lebih diperhatikan terlebih dahulu dalam hubungan percintaan? Apakah kamu memilih melihat kadar kemampuan hartanya, atau kadar kemampuan cintanya?

Bagi yang menjawab kemampuan hartanya dahulu, mungkin karena banyak yang bilang "makan cinta ga bisa hidup", karena segala sesuatu sekarang butuh uang, dan sesuai dengan tulisan saya yang sebelumnya memanglah benar kalau uang adalah sebagian besar dari faktor penentu kebahagiaan dan ketenangan hidup. Tapi saya kembalikan, apakah kamu bisa hidup tanpa cinta?

Coba lihat ke daerah pinggiran yang kehidupannya serba miskin, mereka bisa membesarkan anaknya hingga dewasa dengan uang yang serba kekurangan, bahkan mungkin tanpa uang, tapi apa yang membuat mereka tetap hidup? Ya, cinta dari orang tuanya, dengan cinta orang tua mau melakukan apa saja untuk menjaga anaknya tetap hidup dengan sehat.

Seseorang yang sudah dibutakan oleh cinta akan rela melakukan apa saja untuk menjaga orang yang ia miliki agar tetap bahagia. Tak perlu bermodalkan uang, tetapi dengan cinta orang bisa mati-matian berusaha untuk mencari uang. Nyatanya, sekarang banyak hubungan antar manusia yang tidak didasari oleh cinta. Hasilnya keharmonisan sulit dicapai.

Hubungan yang berdasarkan harta tetapi kurang rasa cinta bagi saya hanyalah suatu bentuk lain dari prostitusi, dan menurut saya pernikahan seharusnya tidak perlu terjadi jika hanya itulah tujuannya dan kesalahan yang kamu perbuat sampai kedepannya dan membuahkan anak yang tidak dibesarkan oleh cinta (misalnya oleh pengasuh, anak yang diacuhkan karena orang tuanya sibuk oleh pekerjaan mencari uangnya, dsb.) saya rasa setara dengan dengan kesalahan jual beli badan.

Jadi menurut saya daripada menjalin hubungan berbasiskan uang tanpa cinta, lebih baik berbisnis prostitusi saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar