Dulu saya pernah dimotivasi sepupu saya, bagaimana cara untuk berhasil hidup. Kurang lebih begini yang ia maksud:
Kamu kalau mau sukses, mau berhasil dalam pekerjaan, dalam keluarga dan dalam hidup kamu harus berubah. Jangan sampai kamu terbuai oleh nikmat yang kamu dapatkan sekarang, jangan pernah merasa puas untuk sukses. Jangan seperti T-Rex, mereka besar, mereka kuat, mereka mampu bertahan di segala macam keadaan alam, mereka memakan semua kadal dan karnivora lain dari yang kecil sampai yang besar dan menjadi puncak rantai makanan. Tapi ketika alam memberikan mereka pilihan untuk berubah, mereka menolak karena terlalu senang untuk menjadi diri mereka pada saat itu. Sampai akhirnya setelah ribuan tahun kejayaan mereka hujan meteorit dan asteroit besar datang mereka menjadi sasaran empuk dan semua dari mereka tewas seketika, justru hanyalah kelompok mamalia kecil, kadal-kadalan kecil dan serangga yang dahulu menjadi makanan ringan T-Rex lah yang hampir semuanya sukses bertahan hidup sampai sekarang
Dari cerita itu, walaupun sedikit fiksi harusnya bisa diambil kesimpulan kalau kita ingin sukses hidup kita harus selalu berubah. Berubah menurut saya sendiri tidak harus merubah wujud, atau merubah pemikiran. tapi suatu penyesuaian adalah bentuk perubahan juga. Misalnya ular laut, karena sumber makanan di darat yang semakin sedikit, mereka hanya melakukan sedikit penyesuaian saja agar bisa hidup dan bertahan lebih lama di air, tanpa harus memiliki sirip tambahan atau merubah pernapasan menjadi insang (seperti pada katak dari berudu). Atau lebih simpel lagi seperti eskimo yang sebenarnya tidak ada yang berbeda dengan manusia yang lainnya, tetapi ia menyesuaikan diri dengan mengenakan mantel.
Masuk ke topik. Perubahan memang terkadang sulit diterima terutama bagi orang-orang yang masih bersikap tradisional yang enggan meninggalkan suatu hal. Padahal dengan bertambahnya tahun, makin banyak juga kebutuhan, makin banyak manusia dan makin sedikit sumber daya. Memang kalau kita membangun sesuatu yang baru, pindah tempat tinggal dengan meninggalkan yang lama pasti sangat berat, dan masalah di tempat yang baru pasti terasa sangat sulit, banyak hambatan dan kelemahan di awalnya. Tapi sadar atau tidak di hidup yang sebelumnya sebenarnya masalah seperti itu juga ada tetapi mungkin karena sudah sering itu jadi terabaikan.
Contohnya saat lahir kita tidak perlu mencari makan sendiri, tidak perlu repot buang air, tidak perlu repot berjalan untuk mencari sesuatu. Tetapi setelah besar sedikit kita harus belajar berjalan, menurut saya itu suatu bentuk masalah karena kita tidak bisa seenaknya lagi meminta gendongan orang tua, berjalan itu juga sulit pada awalnya. Lalu setelah itu kita dipaksa untuk berfikir, kita tidak bisa bertanya seenaknya lagi untuk mendapatkan jawaban dari orang tua, kita harus mencarinya sendiri, itu suatu kesulitan juga. Lalu setelah dewasa dipaksa untuk bekerja, tidak bisa lagi meminta uang pada orang tua. Sampai menjadi orang tua dan membesarkan anak, tidak bisa lagi membahagiakan diri sendiri saja.
Tapi mengapa itu bisa kita lalui, kenapa yang lain tidak.
Hampir semua perubahan dan penyesuaian bersifat pilihan, tetapi beberapa diantaranya bersifat memaksa dan harus dilalui.
Contoh yang bersifat pilihan adalah warga Jakarta yang selalu kebanjiran di musim penghujan. Sebenarnya mereka banyak memiliki beberapa pilihan untuk berubah jika mereka tidak ingin terkena banjir lagi. Misalnya dengan merubah kebiasaan pembuangan sampah, mengadakan kerja bakti, memperbaiki saluran air, sampai yang satu ini yang saya tidak pernah habis pikir: mengapa mereka tidak pindah ke luar kota saja? Toh di kota tetangganya masih banyak lahan kosong dan rumah yang bisa ditempati, daripada berdesakan di kota ditambah banjir tahunan.
Contoh yang bersifar paksaan, atau yang jika tidak dilakukan akan terus meminta untuk dikerjakan. Bayangkan bagaimana remaja yang menolak untuk berubah dewasa dan selalu bersikap kekanak-kanakan. Sampai pada umur yang terlalu tua dan ia baru sadar harus berubah, dijamin perubahan itu sangat sulit dilakukan karena sudah sangat terlambat, tanpa modal bahkan pengalaman sekalipun. Lalu, mengapa tidak jadi pengemis saja? atau pengamen? atau maling? atau bahkan kenapa tidak mati saja sekalian agar masalah tuntas? nah, kalau kamu tidak mau mati lalu apa alasan kamu untuk tetap hidup?
Jadi sukses hidup bukan hanya berarti kaya harta saja, tetapi sukses memberdayakan diri dan sampai memberdayakan alam. Kalau ingin menjadi "orang kelas atas" harus ditanamkan sifat-sifat itu dari awal. Rubah pola pikir jangan seperti orang kebanyakan yang hanya bisa menjadi konsumen, jadilah produsen, tidak ada orang sukses yang lebih banyak mengkonsumsi daripada memproduksi. Jika ingin hidup tenang, buang semua pikiran negatif dan mulai berfikir positif, jangan sampai pikiran terisi oleh yang negatif (baca juga: kesalahan dalam berdoa). Karena tidak semua perubahan selalu menyusahkan, dan di balik perubahan pasti ada kesuksesan yang baru.
Oke, daripada terlalu banyak menulis, saya tutup ini dengan ucapan: "Terimakasih telah membaca"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar