Jumat, 10 Juni 2016

Yang seharusnya tidak ada tanpa manusia. (Bag. 1: Tumbuhan)


Buatan alam pasti lebih baik, bukan begitu? Menurut saya tidak juga, banyak hal yang menurut kamu "alami" ternyata tidak akan ada atau tidak akan bertahan sampai sekarang jika tanpa campur tangan manusia, yang bisa diartikan sebagai sudah "tidak alami" lagi. Dan semuanya itu aman-aman saja kok kalau dimakan, bahkan sebagian besar tumbuhan hasil modifikasi tersebut memproduksi nutrisi yang lebih banyak jika dibandingkan versi alaminya. Berikut adalah contoh makhluk tidak alami yang mungkin kamu kira adalah alami:

Jagung

Jagung manis, bukanlah tumbuhan "alami". Manusia sudah melakukan seleksi genetik sejak lebih dari 8.000 tahun yang lalu (GMO secara primitif) di sekitar Amerika tengah.
Awalnya nenek moyangnya jagung yang masih alami hanya berukuran sekitar 2 cm - 5 cm saja, satu tongkol hanya berisi beberapa hingga puluhan biji saja (mungkin awalnya tidak lebih dari belasan) yang sangat keras dan hambar. Tapi sekarang, panjangnya minimal sekitar 20 cm, berisi ratusan biji yang rasanya manis dan sangat mudah dimasak.
img: www.life.illinois.edu
Jagung primitif yang masih alami kurang lebih bentuknya seperti gambar diatas. Jagung yang kamu makan, semuanya tidak alami, karena hasil modifikasi genetik dari seleksi yang dilakukan oleh manusia.

Bahkan sebenarnya jagung awal mulanya tidak berbonggol, jika dianalisa DNA antara Jagung dan Teosinte, keduanya memiliki kemiripan yang sangat tinggi, perkawinan silang antara keduanya tidak pernah menghasilkan keturunan yang mandul yang biasa terjadi di perkawinan yang berbeda spesies, maka ilmuwan mengatakan kalau Jagung dan Teosinte adalah satu spesies yang hanya berbeda varian atau subspesies saja. Diperkirakan terjadi karena mutasi genetik unik yang menyebabkan Teosinte menjadi berbonggol kemudian diarahkan lebih dalam oleh Manusia, hingga bentuknya menjadi jagung seperti sekarang.
Teosinte & Jagung, img: Nicolle Rager Fuller, National Science Foundation



Wortel

Selain Jagung, yang salah satu komposisi utama sayur-mayur dan yang wajib untuk sup ini juga tidak alami. Wortel dulunya mungkin bisa disamakan dengan Singkong, umbi akarnya hanya bisa dikonsumsi saat masih muda saja, karena jika sudah tua, akarnya akan mengeras seperti kayu. Alaminya, Wortel rasanya sangat sepat dan hanya sedikit manis. Tapi berterimakasihlah kepada kecerdasan manusia. Diperkirakan sejak 4.000 tahun yang lalu dimulai dari Persia lalu menjalar ke Eropa, Wortel diseleksi dan dikawin silangkan untuk mendapatkan rasa yang lebih manis dan mengurangi rasa sepat. Bahkan Karotena (terkenal dengan beta-Karoten/pro-vitamin A) yang populer banyak terkandung di Wortel domestik sebenarnya jumlahnya tidak seberapa di wortel liar/wortel alammi. Jadi, sebagian besar sumber (pro-)vitamin A yang kamu dapat dari wortel adalah tidak alami?
Wortel liar, img: Hank Holly


Pisang

Berbeda dengan banyak buah-buahan lain, pisang yang kamu makan (pisang domestik) tidak memiliki biji, mengapa? Sama seperti Jagung & Wortel, pisang adalah hasil modifikasi genetik oleh manusia, dengan cara seleksi genetik dan perkawinan silang, yang diperkirakan dilakukan di Asia Tenggara (tepuk tangan untuk Indonesia!). Beberapa spesies pisang yang masih alami masih bisa ditemui, salah satunya adalah pisang batu. Semua jenis pisang tidak berbiji berasal dari perkawinan silang antar spesies pisang yang bertahap. Mereka mandul secara seksual karena ulah manusia. Rasanya yang awalnya sepat, menjadi manis, dan kulitnya dari yang sulit dikupas, menjadi mudah sekali dikupas.

Pisang batu, img: wiki/Warut Roonguthai
Untungnya, pisang masih mau menghasilkan buah walau tidak bisa menghasilkan biji, karena banyak tumbukan yang tidak bisa menghasilkan buah kalau mandul atau pembuahan (polinasi) tidak terjadi secara sempurna. Untungnya lagi, pisang masih bisa berkembang biak dengan cara alami melalui tunas.


Sukun

Sukun adalah salah satu buah tanpa biji, sama seperti pisang domestik, sukun adalah tumbuhan modifikasi manusia yang berasal dari Asia Tenggara juga (tepuk tangan untuk Indonesia lagi!). Kerabat dekat pohon Sukun sebenarnya masih bisa ditemui walaupun sudah jarang, bentuknya pohonnya juga sangat mirip hanya berbeda buahnya yang lebih berduri dan berbiji saja.
Sukun, img: US PBARC/wiki
Timbul/Kluwih, img Wiki/Wie146
Sama seperti Pisang, Sukun adalah buah yang baik hati karena masih mau memproduksi buah walaupun mandul. Tapi tidak seperti Pisang, Sukun sama sekali tidak bisa berkembang biak secara "alami" lagi. Sejak ribuan tahun yang lalu Sukun adalah hasil karya seni nenek moyangmu secara turun temurun hingga sekarang, sukun harus dicangkok untuk bisa diperbanyak jumlahnya, yang sama sekali bukan cara berkembang biak yang 100% alami. Jika manusia tidak ada, atau tidak sempat mencangkok Sukun di waktu yang tepat, Sukun pasti sudah lama punah sejak pertama ia menjadi mandul.



Apel

Apel, aahhh, favorit kita semua, siapa yang tidak kenal dengan Apel? Mungkin yang tidak kamu ketahui, Apel (buah) dan Apple (perusahaan) adalah hasil karya manusia, dan tidak alami. Apel dan Pisang memiliki sejarah yang mirip, sama-sama merupakan hasil perkawinan silang dan selektif antara beberapa spesies Apel liar. Diperkirakan Apel domestik (yang rasanya manis) sudah ada sejak 7.000 tahun yang lalu.

Alaminya, Apel liar yang banyak jenisnya, terutama Malus sieversii (Apel liar Asia tengah) & Malus sylvestris (Apel liar Eropa) diameter buahnya hanya sekitar 5 cm dan rasaya tidak ada yang (terasa) manis, hanya sepat dan getir. Sekarang, bahkan Apel domestik (Malus domestica), si pohon buatan manusia, memiliki banyak varian, dan tidak ada yang terasa tidak manis.

Perbandingan Apel liar dan Apel domestik, img: Meg
Sayangnya Apel tidak seperti Pisang, Jagung & Sukun.
  • Pertama, ia tidak mau berbuah jika tidak dipolinasi, tidak hanya itu, polinasi harus berasal dari pohon yang berbeda, dan harus berbeda varietas juga, tapi harus yang kompatibel. Artinya, jika kamu hanya mempunyai sebuah pohon apel, atau beberapa pohon apel dengan varietas yang sama, atau berbeda varietas tapi tidak cocok, kamu tidak akan bisa mendapat buah apel. Polinasi juga harus dilakukan oleh polinator (perantara) yaitu lebah, tidak bisa lewat angin. Mirisnya lagi, lebah-lebah polinator sedang berada di ambang kepunahan.
  • Kedua, karena apel adalah hasil silang antar spesies yang beraneka ragam, buah apel yang kamu dapatkan jika ditanam bijinya tidak akan menumbukan pohon apel yang persis sama dengan induknya, kamu akan mendapatkan bibit apel yang bervariasi dan tidak sering menjadi jauh dari sifat induknya. Kalau kamu ingin mempertahankan varietas apel, kamu harus melakukan cangkok.
Jadi, sama seperti Sukun, Apel tanpa Manusia dan Lebah tidak mungkin bisa bertahan hidup sampai sekarang, juga tidak mungkin ada buah apel yang ukurannya besar dan manis. Sangat tidak alami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar