Selasa, 28 Mei 2013

Dimanakah Letak Angka 2 Itu?

Sebenarnya ini yang ingin saya bahas di tulisan sebelumnya yang terlalu ngelantur tentang tambah-tambahan itu, ya saya memang akui jika secara teori dan secara matematis itu memang salah besar. Tapi, karena ngelantur itu saya sengaja awalnya hanya mengkategorikan di Lv. I saja tidak di Science / Knowledge, walaupun akhirnya saya masukan kedalam dua kategori itu, karena perbincangan yang sebenarnya ingin saya bahas sedikit berawal dari situ.

Begini yang sebenarnya ingin saya bahas, walaupun di matematika sebenarnya kita sangat bisa menentukan hasil perhitungan angka dengan tepat, dengan rumus yang konstan, untuk mendapatkan hasil perhitungan yang pasti, tetapi hal ini hampir mustahil untuk dilakukan secara tepat di semesta. Dan ya, kata kunci di tulisan ini adalah "menurut saya". Semua hasil perhitungan di bumi ini hanyalah bilangan hasil pembulatan dari bilangan yang sebelumnya adalah hasil penjumlahan/perkalian/pemangkatan/dll dari beberapa bilangan yang merupakan hasil pembulatan dari bilangan yang sebelumnya adalah hasil penjumlahan/perkalian/pemangkatan/dll dari beberapa bilangan yang merupakan ..., dst dst dst.

Intinya seperti ini: semua bilangan tentang sesuatu yang menyangkut tentang alam semesta (perhatikan, bukan di dalam soal rumus & matematika) merupakan hasil dari pembulatan, perkiraan atau rata-rata. Tidak ada bilangan bulat yang pasti disini.

Misalnya saja seperti yang saya bahas sebelumnya, kita tidak pernah tahu berapa nilai sebenarnya dari angka 2, bisa saja suatu nilai pembulatan keatas dari 1,000000001 karena tolakan dari selisih kelebihan ,000000001 dari angka 1 yang menyebabkan tidak diterimanya oleh angka 1, atau mungkin bisa saja berasal dari angka 2,999999999 yang ditolak dari angka 3 karena kurang memenuhi kriteria sehingga tidak mencapai nilanya. Mungkin ini sulit diterima oleh nalar kalian sebagai pembaca.

Tetapi contohnya pada saat mengukur panjang suatu benda yang sangat-sangat kecil, contohnya tebal suatu benda yang tercatat tebalnya adalah 2 μm, lalu apakah kamu akan melihat suatu unit turun dari satuan meter ke mikro meter (yaitu kemungkinan besar kamu hanya akan mendapatkan ukuran 2 μm saja), atau apakah kamu akan melihat naik dari unit dari bawah, misalnya nano meter atau pico meter (yang kemungkinan masih bisa menemukan nilai desimal yang mungkin lebih tepat dari 2 μm, misalnya 2.105 nm atau mungkin 2.105.989 pm)? Belum lagi kepastian terjadinya error pada saat pengukuran, misalnya faktor ketidak tepatan skala dan pembiasan cahaya.

Atau mungkin yang lebih bisa dibayangkan, apakah kamu tahu bagaimana cara menghitung waktu 2 detik? Apakah kamu memulai dari awal pergerakan jarum jam / pergantian digit pada jam digital, atau memulai dari akhir pergerakan jarum / pergantian digit. Dan begitu juga sebaliknya bagaimana cara kamu tahu untuk menentukan suatu proses sudah terjadi selama 2 detik, apakah kamu akhiri di awal di pergerakan jarum / pergantian digit, atau di akhir pergerakan jarum / pergantian digit? Dan yang paling penting adalah, apakah kamu tahu kapan sebenarnya suatu proses itu benar-benar dimulai dan kapankah itu benar-benar berakhir, kita hanya bisa melihatnya dengan memperhatikan perubahannya saja kan?

(klik untuk memperbesar)


Juga pernah ada yang berkomentar tentang 2+2=6, ia bilang secara teori tidak mungkin. Saya bilang memang iya. Ia mengatakan tidak mungkin 2 apel ditambah 2 apel hasilnya menjadi 6, hasilnya akan tetap 4.
Tapi bukannya ini seperti aljabar? Menurut saya bisa saja kita melakukan penjumlahan aljabar dengan menggabungkan Diagram Euler.


Jika dengan kondisi ini, mungkin 20 apel bisa saja terdiri dari 12 apel segar dan 8 apel rusak, dan dari 12 apel segar bisa saja terdiri dari 4 apel besar, 3 apel kecil dan 5 apel sedang, begitu juga di apel rusak terdiri dari 2 apel sedang dan 6 apel besar.
(Ini bisa dipersulit)
Jadi apakah saya salah jika menyebutkan satu jeruk ditambah satu jeruk sama dengan satu jeruk dan satu jeruk? Bukankah aljabar menyebutkan kalau suatu variabel yang berbeda tidak bisa dijumlahkan? Antar jeruk tidak sama persis bukan? Salah satu jeruk, misalnya jeruk dengan variabel aa dan satunya lagi dengan variabel aab. Jadi, 1aa + 1aab = 1aa + 1aab bukan?

Lalu mungkin saja salah satu darinya berukuran lebih besar 20%, bukankah itu membuat bilangan jeruk menjadi 1 + 1,2 jika menentukan nilai 1 dari jeruk yang terkecil, atau bisa juga menjadi 1 + 0,833 jika kamu menentukan nilai angka 1 dari jeruk yang lebih besar.

Jadi secara volume apakah yang pernah saya bahas sebelumnya yaitu 2 butir telur ditambah 2 butir telur bisa menghasilkan nilai yang sama dengan rata-rata 6 butir telur biasa secara volume karena masing telur yang dijumlahkan memiliki volume yang lebih besar dari rata-rata telur biasa?


Lalu kembali ke judul, angka 10 yang manakah yang kamu sebut sebagai 10? Bukankan satuan mikro, mili, kilo, mega, giga dan sebagainya bukankan hanya imajinasi untuk mempersingkat satuan yang besar atau kecil?

2 komentar:

  1. masuk akal tetapi pemikiran ini terlalu absurb, karena kita terlalu besar untuk mengukur yang terkecil dan yang terkecil masih ada yang terkecil lagi. sama seperti paradox zeno

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, kurang lebih seperti itulah saya (absurd), memikirkan yang tidak dipikirkan orang lain itu menyenangkan.

      Hapus