Senin, 13 Mei 2013

2+2=6

Pandangan setiap orang memang berbeda-beda, seperti di tulisan yang sebelumnya dan/atau yang orang lain perdebatkan , tentang gelas yang setengah penuh atau setengah kosong, dan ditambah dengan tidak ada yang sempurna di dunia, hal ini bisa membuat perbedaan yang sangat besar.

Mari gunakan penjumlahan angka 2 dengan dua, berapakah hasilnya?

(sebelumnya perhatikan dulu, di tulisan ini pemisah desimal dan pecahan adalah tanda koma ",")


Begini, dari sudut pandang "tidak ada yang sempurna" tahap pertama, saya bisa saja simpulkan kalau angka 2 itu, bisa saja berasal dari pembulatan angka lain di dekatnya, misalnya antara angka 1,000000000001 s/d 2,999999999999.

Lalu, tahap kedua, bahwa tidak ada yang persis tahu tentang kepastian bilangan, misalnya dalam contoh ukuran panjang/jarak, tidak ada yang persis tahu jika ukuran angka 2 itu ada di unit yang mana, jika kita tempatkan misalnya angka 2 itu pada unit meter, lalu kita konversi unit dari meter ke milimeter,
ternyata setelah diukur dengan unit yang lebih kecil diketahui kalau jarak yang sebenarnya hanyalah 1893 milimeter, dan ukuran 2 meter itu hanyalah bisa didapatkan dengan pembulatan tanpa angka di belakang koma, karena ketidak adaan unit yang lebih rendah dari meter untuk menentukan jarak yang pastinya. Juga sebaliknya.

Lalu jika kita menentukan jarak antara bumi dan bulan misalnya 384399 km, mungkin jika kita menggunakan unit Mm (megameter) jaraknya bisa menjadi 385 Mm, atau mungkin menjadi 4 Gm (gigameter). Sebaliknya mungkin jika dihitung dari unit meter ternyata hanya berjarak 384398324 m, tidak sama sekali menyentuh 384399 km. Atau mungkin di skenario berbeda bisa saja berjarak 384399924 m, ternyata lebih jauh meleset dari yang diperhitungkan.
Tetapi dengan asumsi "tidak ada yang sempurna", semua angka di unit tersebut bisa saja dianggap benar.

Lalu apa fungsi dari pandangan gelas diatas?
Ya, seperti di tulisan saya yang sebelumnya, ada golongan orang yang selalu memandang dari sisi bagian atas atau sisi keuntungan/baik, dan ada orang yang selalu melihat dari sis bawah atau sisi resiko/buruk.


Yaa, kalau berbicara tentang bilangan ada beberapa kesepakatan, dan yang paling umum adalah < ,5 dibulatkan (dianggap) ke bilangan bulat sebelumnya dan ≥ ,5 dibulatkan ke bilangan diatasnya
(Misalnya 1,500 dianggap 2, dan 2,499 dianggap 2 juga. Wha?)
Walau ada juga yang lain, seperti JNE/Tiki yang pembulatannya < ,3 kg menjadi kebawah dan ≥ ,3 kg dibulatkan keatas. (misalnya 1,3 kg sudah dihitung dengan tarif 2 kg, sampai dengan 2,2 kg yang masih dihitung 2 kg)
Dan pihak JNE itu menyebut gelas yang setengah penuh.


Ada satu lagi, sebenarnya yang ini jarang untuk digunakan (sebenarnya mungkin sering tapi tanpa sadar), yaitu dengan membuang atau tidak menganggap angka yang berada di belakang koma, singkatnya berapapun nilainya akan selalu dibulatkan ke bawah. Contohnya adalah tarif kirim 1 SMS katakanlah Rp. 100,00, dan kamu mempunyai pulsa sebanyak Rp. 299,99, walaupun secara paksa bagaimanapun kamu hanya akan bisa mengirim 2 SMS saja walaupun hanya kurang 1 sen saja tetapi tetap tidak bisa dibulatkan keatas. 
Secara singkat pulsa yang kamu punya bukanlah Rp. 299,99 atau bahkan Rp. 300,00, tetapi hanyalah Rp. 200,00.


Ok, sekarang kembali ke pertanyaan, berapa hasil dari 2+2?


● 1. Dengan cara pandang bilangan yang solid, pasti, dan unitnya tetap dan diketahui, dan angka tersebut adalah tepat 2, maka hasilnya adalah tepat 4.
2 + 2 = 4

● 2a. Dengan cara pandang umum dengan ≥ ,5 dibulatkan keatas, dengan dengan angka kurang dari 2, lihat ini: 1,5 bisa dibulatkan keatas bukan?
1,5 + 1,5 = 3        (Wha?)
dalam kasus ini hasilnya adalah 3.
atau
1,9 + 1,5 = 3,4     dan   3,4   bisa dibulatkan menjadi 3 juga kan?
dalam kasus ini hasilnya adalah 3.

● 2b. Dengan cara pandang umum dengan < ,5 dibulatkan kebawah, dengan dengan angka lebih dari 2, lihat ini: 2,4 bisa dibulatkan kebawah bukan?
2,4 + 2,3 = 4,8     dan   4,8   harus dibulatkan keatas, dan hasilnya adalah 5. (Whaaa?)
dalam kasus ini hasilnya adalah 5.

● 2c. Dengan cara pandang umum gabungan antara 2a & 2b.
1,7 + 2,4 = 4,1     dan   4,1   dibulatkan menjadi 4.
dalam kasus ini hasilnya adalah 4.

● 3a. Dengan menentukan suatu bilangan dan menghitungnya di desimal yang lebih tinggi.
2 centimeter di konversi ke decimeter menjadi 0,2 dm.
Lalu secara egois menggunakan pembulatan yang umum (< ,5 dibulatkan kebawah), dan menghasilkan angka yang lain, yaitu 0
2 cm     →     0,2 dm     dibulatkan menjadi     0 dm
0 dm + 0 dm = 0 dm
dalam kasus ini hasilnya adalah 0. (Wooaaaaahhh...)

● 3b. Dengan menentukan suatu bilangan dan menghitungnya di desimal yang lebih tinggi.
2 centimeter di konversi ke decimeter menjadi 0,2 dm
Lalu secara egois menggunakan pembulatan keatas karena tidak boleh ada angka 0 yang berasal dari angka yang bukan 0, lalu menghasilkan angka yang lain, yaitu u 1 dm.
2 cm     →     0,2 dm     dibulatkan menjadi     1 dm
1 dm + 1 dm = 2 dm
dalam kasus ini hasilnya adalah 2 dm, atau 20cm. (meh...)


Tunggu, jadi darimana saya bisa mendapatkan hasil 2 + 2 menjadi 6?

● 4. Begini, hasilnya sebenarnya merupakan gabungan atara pembulatan kebawah atau penghilangan angka dibelakang koma dan hasilnya dibulatkan dengan pembulatan umum.
Begini, anggaplah angka 2 yang pertama adalah 2,9 dan angka 2 yang kedua adalah 2,7.

rumus penyelesaian:
a + b = C

rumus pembulatan (huruf kecil berarti nilai yang belum dibulatkan, dan huruf kapital adalah yang sudah dibulatkan):
a = A
b = B
c = C

persamaan:
a = 2,9
b = 2,7

penyelesaian:
c = a + b
c = 2,9 + 2,7
c =  5,6

c = C
5,6 = 6
      (Voilà!)



Terimakasih telah membaca.
Jangan terlalu diambil serius, karena ini hanyalah lanturan penulis.

5 komentar:

  1. ini adalah komentar saya yg pertama setelah saya membaca 1 album di coretan anda "in my life" dan ini topik yg membuat saya nyengir2 karna saking takjubnya akan pemikiran anda sampai ke situ
    terima kasih telah berbagi ide dan pendapat. tentunya terima kasih saya dgn imbalan anda membuat blog dan saya berkomentar. seperti yg anda bahas tentang terima kasih itu... hehe

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. di tangan kanan saya ada uang 4.600 rupiah (dibulatkan jadi 5000 rupiah), dan di kiri saya ada uang 4.600 rupiah (dibulatkan menjadi 5000 rupiah). saya satukan keduanya untuk membeli sebungkus rokok seharga 10.000 rupiah. sang bapak penjual marah - marah. WADUH@#$%^&*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu penyelesaiannya begini
      Rp. 4600 + Rp. 4600 = 0 bungkus rokok
      0 bungkus rokok = Rp. 0
      (lanjutkan)
      :D

      Hapus