Jumat, 14 Maret 2014

Siapa yang setuju dengan Golput?

Jarang-jarang saya ini mau ngebahas tentang politik, soalnya kalau mau ngebahas tentang politik orang-orang pikirannya pasti cuma tentang pemerintah, korupsi dan ujung-ujungnya UMR. Halah, padahal kesalahan ga cuma diperbuat oleh pemerintah aja, tapi oleh rakyat juga.

Oke, balik ke topik. Beberapa bulan lalu saya pernah ada perbincangan yang kemudian menyindir sistem pemerintahan Indonesia, yang katanya tidak bagus lah, tidak sesuai lah, dan sebagainya. Sampai sebagian orang memilih absen dalam pemungutan suara untuk kepemerintahan. Ada yang bilang "milih atau gak milih ga ada ngaruhnya", ada juga yang bilang "pemilu itu gak sesuai dengan ajaran agama saya, jadi saya golput". Sebelum saya lanjutkan, saya  mau tanya, tapi jawabnya dalam hati saja ya. Apakah kamu lebih memilih tidak ikut dalam pemilihan dan golput, atau lebih memilih ikut dalam pemilihan? Dan memilih salah satu calon yang belum tentu bisa dipercaya sebagai pemimpin?
Sebelum saya beranjak dewasa, pikiran remaja saya menganggap sepele pemilu dan lebih condong ikut golput. Tetapi setelah saya pikir kembali sekarang saya menyadari kalau absen dalam pemilu adalah salah. Dan kesalahan bagi saya setara dengan sebuah dosa, sebuah catatan buruk. Mengapa? 

Pertama, yang harus diketahui, peraturan itu milik tuan rumah.
Yaa, yang bukan tuan rumah harus patuh kepada tuan rumah. Bahkan anak sendiri masih dibilang tidak pantas untuk mengatur orang tuanya di rumah, begitu juga dengan saudara orang tua jika berkunjung ke rumah, mereka harus mengikuti peraturan orang tua kita, misalnya tidak boleh menonton tv saat malam, sarapan tidak dengan nasi dan mencuci piring sendiri setelah makan. Apa kalian setuju?
Lalu tuan rumah juga menaati peraturan RT & RW yang harus kerja bakti setiap awal bulan, dan tuan rumah juga harus mengikuti peraturan kota yang tidak boleh melalui jalan tertentu setiap hari sabtu & minggu. Dan seterusnya sampai ke peraturan negara. Bahkan warga asing yang biasa memakai bikini harus memakai pakaian sopan kalau berkunjung ke Indonesia, mengapa rakyatnya sendiri menolak peraturannya?
Jadi tidak ada alasan untuk menolak untuk mematuhi peraturan negara karena tidak sesuai dengan budaya tertentu, karena kamu tinggal di Indonesia.

Kedua, golput merugikan kamu dan orang lain.
Bayangkan dalam suatu negara terdiri dari 1,000 warga, ada dua calon presiden di negara itu, yang satu yang berniat baik (sebut saja A) dan yang satu yang berniat buruk (sebut saja B). Sebagian warga mengetahui kalau A adalah orang yang pantas dan akan memilih A, sebagian warga lain yang mata duitan dan bisa disogok dengan apapun (termasuk yang bukan uang: berobat gratis, subsidi BBM, dll), dan sebagian lagi golput.
- Dari 1000 orang ada 410 orang yang memilih B, tentu saja karena mereka sudah di DP untuk memilihnya.
- Dan 400 yang kenal dengan A memilih A.
- Sisanya 190 orang golput, dan alasannya bermacam-macam.
Bayangkan apa yang terjadi? Negara itu hancur kan? Coba saja jika 19% orang yang golput setidaknya 11 dari mereka bisa memilih dan memilih A, apa yang terjadi? Negara bisa diselamatkan bukan?
Ini baru 19%, di pemilu 2009 lalu jumlahnya lebih dari 30%. Saya bisa jamin sebagian besar dari mereka yang golput juga terus menyalahkan pemerintah. Bodohnya mereka, mereka tidak mau memilih tetapi bisa menyalahkan pemerintah kalau ada kelalaian di kepemerintahan.

Ketiga, pasti ada yang lebih baik dari yang lainnya.
Semua dari calon kamu rasa tidak ada yang pantas untuk menjadi pemimpin? Itu bukan pilihan untuk golput. Pasti ada satu yang lebih baik dari yang lainnya, dan naluri akan selalu menunjuk ke arah yang baik.

Keempat, kalah tanpa perlawanan itu mati konyol.
Serius. Kamu tersesat di gunung sampai kamu melewati jalan setapak yang sangat panjang, di tengah perjalanan jalan setapak itu terbagi dua, yang satu menuju ke sungai yang besar dan deras yang hampir mustahil untuk disebrangi tetapi sebrangnya ada pemukiman warga, dan jalan yang satunya lagi menuju ke hutan yang subur tetapi terdapat banyak hewan buas. DAN KAMU LEBIH MEMILIH DIAM?
Seperti yang sudah saya bilang, dari beberapa pilihan (yang semuanya buruk) pasti ada satu pilihan yang lebih baik, dan kamu pasti mengetahui itu. Dan kamu lebih memilih melihat yang lebih baik kalah tanpa perlawanan? Atau kamu akan memilih walaupun kamu pikir satu suara tidak akan berpengaruh, dan walaupun akhirnya calonmu kalah juga? Tapi setidaknya ada usaha yang kamu berikan.

Kelima, pikirkan lagi.
Maksudnya, pikirkanlah lagi sebelum memilih, tetapi tidak memilih bukanlah sebuah pilihan, jadi pikirkanlah selain tidak memilih.


Satu lagi yang saya anggap konyol. Ada cerita tentang seseorang yang ikut dalam golongan agama yang keras, ia menolak semua yang tidak sesuai dengan agamanya, termasuk menolak untuk mengikuti pemilu. Ia ikut menyuarakan gerakan anti pemilu. Tetapi... Ia juga ikut dalam seleksi CPNS, dan menjadi pegawai negeri sipil. Sebuah pola pikir yang bagus!

Dan, terimakasih telah membaca.

5 komentar:

  1. 1. Negara adalah rakyat, yang membuat peraturan adalah pemerintah..pemerintah adalah pelayan rakyat..Maka yang benar adalah Rakyat lah yang merupakan tuan rumah... peraturan dibuat untuk mensejahterakan rakyat...sudah berulangulang pemilu dilakukan namun masih banyak rakyat yang tidak sejahtera..

    2. Sebelum menganggap golput adalah kebodohan dan merugikan seharusnya diketahui dulu mengapa orang golput...ALASAN GOLPUT ADALAH KARENA TAK ADA SATUPUN CALEG atau CAPRES YANG DIPERCAYAI OLEH ORANG2 YANG GOLPUT. Saya yakin jika jumlah golput lebih besar dari "golongan warna warni". Maka akan ada reshuffle sistem pemilu dan sistem penyaringan calon.

    3. Yakin akan ada calon yang lebih baik...saya yakin hampir semua calon asal mulanya orang baik, tetap saja kontrol yang tidak baik dan hukum yang tidak tegas membuat calon terpih yang asal nya baik tadi mulai menjadi tidak baik...

    4. Lebih baik diam daripada asal memilih...andai Golput punya kekuatan hukum untuk berbuat maka yakinlah Golongan Putih tak akan diam.

    Sekali Lagi, berkali kali pemilu telah dilngsungkan tapi tetap saja hasilnya NOL...contoh sederhana; setiap tahun tetap saja bahan pangan naik tiap ada hari raya keagamaan. Tak ada calon yang terpilih atau lembaganya yang bisa mengatasi hal rutin tersebut..bisanya cuma ngomong...tindakan dan hasil=NOL..masih mau milih orang orang seperti itu?...orang2 itu adalah hasil pemilu yang sangat dibanggakan....

    BalasHapus
  2. @Alfansuri, S.Pd Ing:
    Bagus nih komentarnya, yaa walaupun kita beda cara berpikir. Tapi mungkin kalo boleh saya tanggapi untuk poin berikut:

    1. "sudah berulangulang pemilu dilakukan namun masih banyak rakyat yang tidak sejahtera."
    tanggapan saya: cuma orang yang tidak pernah merasa bersyukurlah yang tidak pernah merasa puas. coba bayangkan kalau tidak ada perwakilan rakyat sama sekali, mungkin bakal lebih hancur.

    2. "TAK ADA SATUPUN CALEG atau CAPRES YANG DIPERCAYAI OLEH ORANG2 YANG GOLPUT"
    tanggapan saya: kalau kamu percaya tuhan itu ada, harusnya kamu percaya kalau tuhan selalu memberikan pilihan yang baik sekaligus yang buruk, tidak mungkin tuhan memberikan beberapa pilihan yang hasilnya buruk semua.
    "Saya yakin jika jumlah golput lebih besar dari "golongan warna warni". Maka akan ada reshuffle sistem pemilu dan sistem penyaringan calon."
    Tanggapan saya: boleh juga

    3. "Yakin akan ada calon yang lebih baik...saya yakin hampir semua calon asal mulanya orang baik, tetap saja kontrol yang tidak baik dan hukum yang tidak tegas membuat calon terpih yang asal nya baik tadi mulai menjadi tidak baik..."
    Tanggapan saya: kalo masalah ini sih, ga usah jauh-jauh ke pemerintahan, di kasus keluarga aja bisa terjadi kok :D

    4. "Lebih baik diam daripada asal memilih"
    Tanggapan saya: Setuju! Tapi daripada asal memilih kita lebih baik berusaha untuk mencari yang terbaik.
    "andai Golput punya kekuatan hukum untuk berbuat"
    Tanggapan saya: Lah kok udahlah gak milih, malah berbuat? Kalo udah milih & yang dipilih/yang dipercaya itu ingkar, baru boleh berbuat.


    "setiap tahun tetap saja bahan pangan naik tiap ada hari raya keagamaan"
    Tanggapan saya: Setiap tahun para pegawai juga minta gaji naik, jadi saya rasa ini adil. walaupun saya keberatan juga sama seperti anda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jawaban2 anda mengindikasikan anda tidak melihat kondisi rakyat secara menyeluruh...
      mungkin anda tidak mau tau ya... Saya sarankan anda jangan bahas atau berkomentar hal yang anda tidak pahami didalam blog anda ....
      atau mungkin anda sorang pejabat pemerintah atau PNS makanya jawaban anda seenak nya saja...

      Hapus
    2. hahaha, ini yg bikin rakyat indonesia ga pernah maju, pikirannya selalu "penderitaan kami lebih besar daripada masalah kalian", selalu mau dihargai tanpa mau menghargai orang lain termasuk orang lain yang mereka anggap tidak menghargai dirinya, ingin didengar suaranya tapi tidak mau tahu apa yang ia anggap bertentangan, dan selalu berprasangka buruk tanpa tahu permasalahan sebenarnya.
      buktinya ya komentar kamu, hahaha

      kalo dari gelar kamu, "Sarjana Pendidikan", kemungkinan kamu itu seorang PNS tepatnya seorang guru. Soalnya untuk apa orang sekolah tinggi untuk dapet gelar S.Pd tapi ga jadi guru kecuali untuk dapetin biaya pensiun? Asal tahu aja, dana pensiun itu datang dari negara, kalo kamu mau tetap dapat dana pensiun harusnya kamu mendukung pemerintah dong.
      Simpel kan?

      Hapus
  3. golput yang sekarang harus mencoblos..
    coblos semuanya...

    BalasHapus