Senin, 21 Oktober 2013

Maaf..., Dan Lupa.

Kalimat ini sedang trending di kalangan remaja, mungkin kamu pernah membacanya juga, isinya  kurang lebih seperti ini:
Coba kamu ambil sebuah piring, lalu banting ke lantai. Apakah piring itu pecah?
Lalu coba katakan "maaf, saya menyesal" kepada piring itu.
Apakah piring itu kembali utuh seperti semula?
Sekarang apakah kamu mengerti?
Sejak pertama membaca kalimat itu saya hanya tersenyum, beberapa bulan yang lalu saya membacanya di salah satu forum di internet, kalimat itu masih berbahasa inggris dan belum masuk ke Indonesia, masa sebegitu mudahnya menyamakan manusia dengan piring? Dan sayangnya kalimat tersebut akhirnya sampai juga ke remaja indonesia dan sering di sebut-sebut di jejaring sosial.

Ya memang perumpamaan itu dikemas sedemikian rupa hingga menjadi menarik dan bermakna dalam seperti itu, mereka bermaksud memberi tahu kalau kata "maaf" tidak akan bisa mengobati rasa sakit hati mereka. Haha, sebegitu labilnya kah kalian para remaja?
Lalu untuk apa manusia punya sifat lupa? Piring mungkin bisa pecah dan tidak bisa kembali utuh seperti semula lagi, tapi perasaan bukanlah benda, perasaan tidak bisa hancur secara fisik, dan perasaan bisa muncul dan hilang kapanpun bahkan tanpa ada sebab dan tanpa ada yang memberi, tidak seperti piring yang tidak mungkin tiba-tiba muncul tanpa dibuat. Begitu juga perasaan bisa hilang dan terlupakan dengan sendirinya.

Memaafkan dalam bahasa Inggris yaitu forgive, berasal dari kata forget yang berarti lupa. Dan secara praktik memaafkan memang dilakukan dengan cara melupakan kesalahan yang dibuat oleh orang yang dimaksud dengan harapan bisa tetap memperbaiki kesalahan tanpa bayang-bayang kesalahan itu pernah terjadi. Jadi jika ada orang yang mengaku memaafkan kesalahan tetapi di kemudian hari masih mempermasalahkan kesalahan orang lain, berarti orang tersebut tidak tahu bagaimana cara memaafkan orang lain. Atau mungkin ia hanya pendendam.

Semua orang punya kesalahan, dan tuhan selalu memaafkan kesalahan manusia jika mereka memintanya, padahal tuhan itu tidak mungkin lupa, mengapa manusia yang memiliki sifat lupa tidak bisa memaafkan?

Jadi, apakah kalian masih akan membiarkan atau menyimpan piring yang terpecah dengan harapan piring tersebut bisa kembali utuh lagi, atau kalian mau memperbaikinya dengan lem, atau mungkin melupakan piring tersebut dan menggantinya dengan piring yang baru yang persis sama?

1 komentar:

  1. keren gan! mulai sekarang ane janji ga akan nyakitin siapa-siapa :D

    BalasHapus